Minggu, 06 Januari 2019
Jumat, 04 Januari 2019
Kamis, 03 Januari 2019
4 Landasan Teknologi Pendidikan | Teknologi Pendidikan
“4
Landasan Teknologi Pendidikan”
Dosen
: Alfian Erwinsyah M.Pd
Mata
Kuliah : Teknologi Pendidikan

OLEH
:
ISRAWATI
HASAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN
AMAI GORONTALO
1.
Landasan filosofis
Dalam bidang pendidikan atau pembelajaran, teknologi juga
harus memenuhi ketiga syarat tersebut: proses, produk, dan sistem. Kecuali
membuktikan dirinya sebagai suatu bidang kajian atau disiplin keilmuan yang
berdiri sendiri. Perkembangan sebagai disiplin keilmuan tersebut dilandasi oleh
serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara falsafi,
dasar keilmuan itu meliputi ontologi, atau rumusan tentang gejala pengamatan
yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang
telaah lain; epistemologi, yaitu usaha yang ditentukan; dan aksiologi atau
nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang
mempersoalkan nilai moral (etika) dan nilai serta keindahan atau estetika.
Konsep model pendidikan teknologis secara filosofis mirip
dengan model pendidikan klasikal, yaitu bertumpu pada asumsi bahwa model
pendidikan itu hendaknya merupakan suatu bentuk atau contoh utama dari
masyarakat yang lebih luas sebagai hasil karya pendidikan. Dengan demikian maka
dalam konteks masyarakat yang lebih luas, titik berat penekanannya ditujukan
kepada dimensi-dimensi, kecenderungan-kecenderungan untuk timbulnya masyarakat
teknologi.
Pendidikan teknologis memandang dunia sebagai suatu materi
yang terikat oleh hokum-hukum sebab akibat. Setiap kemungkinan adanya kekuatan
“ spiritual” yang tidak bisa dibuktikan tidak perlu dipertimbangkan, tidak
perlu dipikirkan atau dianalisis segala kenyataan itu bersifat kuantitatif,
ditentukan oleh lingkungan melalui pengetahuan ilmiah.
Pendidikan
adalah modifikasi dari perilaku yang dicapai melalui aplikasi kondisi yang
diperkuat,melalui peralatan teknologi. Isi pelajaran dan metodologi pengajaran
ditetapkan dengan dukungan teknologi. Secara esensial mesin pengajaran menggantikan
peranan guru, dan siswa berperan sebagai trainee yang mempelajari semua data
serta ketrampilan yang berguna bagi atau kedudukannya dibidang teknologi dimasa
yang akan dating. Bantuan- bantuan teknologis kepada manusia, memungkinkan
manusia memahami tumbuhnya masyarakat teknologis yang sangat kompleks.
Teknologi dipandang sebagai suatu alat atau sarana yang bebas nilai, bisa
dipakai untuk kesejahteraan, atau sebaliknya bisa juga dipergunakan untuk
kebinasaan.
Kurikulum teknologis berorientasi ke masa depan, yang
memandang teknologi sebagai dunia yang dapat diamati serta diukur secara pasti.
Oleh karena itu, dalam pendidikan lebih mengutamakan penampilan perilaku
lahiriah atau eksternal, dengan penerapan praktis hasil penemuan-penemuan
ilmiah yang secara karakteristik menuju kearah komputerisasi progam pengajaran
yang ideal, sesuai dengan prinsip-prinsip cybernetics. Dengan demikian model
pendidikan teknologis akan lebih efisien ketimbang model pendidikan guru siswa
yang klasikal. Kurikulum model teknologis memandang pendidikan sebagian besar
sebagai penyampai informasi ketimbang sebagai pewaris kebudayaan pada masa
lampau.
Dalam
proses belajar-mengajar, model pendidikan teknologis lebih menitikberatkan
kemampuan siswa secara individual di mana materi pelajaran disusun ketingkat
kesiapan sehingga siswa mampu mempertunjukkan perilaku tertentu yang
diharapkan. Dalam model ini guru berdiri dibelakang layar sepanjang mesin
pengajaran bisa berbuat banyak, efisien, dan akurat dalam menangani pelbagai tugas
yang kompleks.
Manfaatnya
yang sangat besar dari model kurikulum teknologis ini adalah, materi pelajaran
dapat disajikan kepada siswa dalam pelbagai bentuk multimedia. Para siswa
menerima pelajaran seperti pada model pendidikan klasikal, tetapi para siswa lebih
yakin dalam menangkap pelajarannya karena penyajian pelajaran lebih hidup,
lebih realistis, serta lebih impresif.
2.
Landasan sosiologis
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga pada
makhluk hidup lainnya, yaitu hewan. Meskipun demikian, pengelompokan manusia
jauh lebih rumit dari pengelompokan hewan. Kehidupan social manusia tersebut
dipelajari oleh, yang berusaha mencari hakikat masyarakat yang sebenarnya.
Filsafati social sering membedakan antar manusia sebagai individu dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses
interaksi muda mengembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi
di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian
tentang perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut maka lahirlah
cabang sosiologi pendidikan.
Sosiologi
pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses social dan pola-pola
interaksi social didalam system pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
a)
Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
·
Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
·
Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
·
Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan
perubahan kebudayaan
·
Hubungan pendidikan dengan kelas sosial dan sistem status
·
Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras,
kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
b)
Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
·
Sifat kebudayaan sekolah, khususnya yang berbeda dengan kebudayaan diluar
sekolah.
·
Pola interaksi sosial atau stuktur masyarakat sekolah.
c)
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya yang mempelajari:
·
Peranan sosial guru
·
Sifat kepribadian guru
·
Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
·
Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak
d)
Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antar sekolah dengan
kelompok social lain didalam komunitasnya, yang mempelajari:
·
Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap
organisasi sekolah:
·
Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social
komunitas kaum tidak terpelajar
·
Hubungan antar sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya.
·
Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sosial.
Keempat
bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial untuk memahami system
pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat.
Pesatnya penggunaan teknologi di dalam pendidikain pada
tahun 1950-an sesungguhnya merupakan akibat munculnya dua faktor yaitu; timbulnya
kepercayaan terhadap ilmu pengetahuaan sebagai cara untuk memperbiki mutu
kehidupan, dan terjadi ledakan penduduk usia sekolah. Tantangan tersebut
segera memperoleh jawaban dari dunia perekonomian dengan menciptakan pelbagai
perangkat keras sebagai bantuan teknologis yang dirancang untuk tujuan
pengajaran yang lebih efektif serta ekonomis. Dalam proses tersebut peranan
komunikasi sangat penting, sebab akibat teknologi pengajaran adalah upaya guru
mempengaruhi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu
communicare.yang artinya “memberitahukan”, “berpartisipasi”, atau “menjadi
milik bersama”. Bila dirumuskan lebih luas, komunikasi mengandung makna
menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai-nilai dengan maksud
untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik
bersama antara penyampai pesan sebagai komunikator ddan penerima pesan sebagai
komunikan.
Dengan
demikian proses belajar-mengajar dilihat dari sudut pandang komunikasi tidak
lain adalah proses penyampaian pesan, gagasan, fakta, makna, konsep, dan data
yang sengaja dirancang sehingga dapat diterima oleh penerima pesan atau
komunikan. Guru sebagai komunikator menyampaikan pelajaran sebagai pesan kepada
siswa-siswa sebagai komunikan. Selama komunikasi itu berjalan, terjadilah
proses psikologis dimana terjadi kegiatan saling mempengaruhi di antara
komunikator dan komunikan, inilah yang lazim disebut interaksi.
Salah
satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol perananya bagi
teknologi pendidikan adalah media. Teori-teori yang dikembangkan dari berbagai
penelitian tentang media komunikasi telah memberi arti tersendiri bagi
teknologi pendidikan.
Wilbur
schramm menjabarkan pengertian umum komunikasi kedalam tiga kategori pokok
dengan beberapa istilah khasnya yaitu:
1)
Encorder , yaitu komunikator, guru yang mempunyai informasi
tertentu dan benar , mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada
kecepatan optimal , dan sampai kepada penerima informasi yaitu para siswanya.
2)
Sign/signal, yaitu pesan, berita atau pernyataan tertentu yang
ditunjukkan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok orang penerima.
Pesan itu dapat dilukioskan dalam bentuk gerak tangan, mimik, kata-kata
lisan, atau tulisan, rumusan, gambar, foto, grafik, peta, diagram, dan
lain-lain.
3)
Decoder , yaitu komunikan yang dalam konteks pendidikan adalah siswa
yang menerima pesan tertentu, mampu memahami isi pesan yang diterimanya.
Ada
beberapa prinsip yang memegang peran penting untuk menjadikan proses komunikasi
lebih efektif sehingga tujuan komunikasi bisa dicapai, yaitu antara lain:
·
Makna di dalam proses komunikasi, bukan merupakan suatu rati yang
terletak di dalam pesan, melainkan berada di luar pesan itu sebagai suatu yang
bersifat eksternal. Makna berada di dalam diri orang atau subjek, merupakan
respon yang tampak atau tertutup.
·
Gangguan(noise), didalam komunikasi merupakan salah satu unsure yang
dapat menghambat keefektifan komunikasi. Gangguan di dalam komunikasi tidak
hanya merupakan hal-hal yang biasa mengganggu mutu signal saja, tetapi juga
meliputi berbagai sumber komunikasi sendiri, dapat juga berasal dari pesan yang
disampaikan, atau berasal dari saluran yang dipergunakan, juga bisa berasal
dari penerima pesan komunikasi.
·
Peranan empati dalam proses komunikasi. Setiap komunikatir mempunyai gambaran
mengenai penerimaan pesan-pesan oleh komunikasi, ia mengantisipasi segala
respon yang mungkin dilakukan oleh komunikan. Dalam kegiatan pengajaran, guru
mempunyai harapan-harapan mengenai respon siswanya terhadap pesan, informasi
atau mata pelajaran yang akan di sajikan.
·
Konsep diri dalam komunikasi. Setiap orang memiliki persepsi mengenai apa yang
menarik dan tidak bagi dirinya, kemampuan intelektualnya, kemampuannya untuk
mempengaruhi orang lain. Dan sebagainya.
·
Umpan balik dalam proses kemunikasi. Komunikasi tidak cukup hanya ditandai oleh
adanya ketergantungan secara fisik antara sumber dan penerima pesan, tetapi
harus ditandai oleh adanya ketergantungan interaktif diantara keduanya.
3.
Landasan psikologis
Tujuaan
pendidikan, termasuk pengajaran, pada hakikatnya adalah diperolehnya perubahan
tingkah laku individu. Perubahan tersebut merupakan akibat dari perubahan
belajar, bukan sebagai akibat kematangan.
Ciri
tingkah laku yang diperoleh dari hasil belajar adalah:
·
Terbentuknya tingkah laku baru berupa kemampuan actual dan potensial.
·
Kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama.
·
Kemampuan baru tersebut diperoleh melalui usaha.
Studi
yang mempelajari tingkah laku individu ada pada psikologi. Oleh sebab itu,
teknologi pengajaran sebagai upaya membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran didasarkan atas psikologi. Diantara cabang-cabang
psikologi yang paling erat kaitannya dengan teknologi pengajaran adalah
psikologi belajar.
Pada
ahir abad ke- 19 ada dua aliran spikologi belajar yang sangat menonjol,
yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehenshif. Ke dua
aliran tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bisa
dikatakan hamper semua teori pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan
dari ke dua aliran spikologi belajar di atas.
Ada
tiga teori belajar aliran behavioristik yang penting yang paling terkenal,
yakni:
·
Teori koneksionosme, mengemukakan bahwa proses belajar pada manusia tidak
berbeda dengan pada dengan hewan.belajar adalah pembentukan asosiasi atau
koneksi antara kesan- kesan panca indra dengan kecerendunga untuk bertindak.
·
Teori kondisioning klasikal, berpendapat bahwa tingkah laku du bentuk melelui
peraturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan. proses pembentukan tingkah
laku tersebut disebut proses pengondisian. Dalam teori ini tekanan utamanya
terdapat pada pengaturan stimulus, sedangkan dalam teori koneksionisme tekanan
utamanya ada pada pengaturan respons.
·
Teori kondisioning operan dari skinner sebenarnya merupakan kombinasi dari
kedua teori di atas, terutama sekali dari teori Pavlov dan waton. Perbedaanya,
skinner membedakan dua macam respons, yakni respondent response
(reflekxive) operant response (instrumental response). Respondent
response adalah respons yang secara alami timbul karena rangsangan yang sesuai
dengan stimulus tersebut (eliciting stimulus), sedangkan operant response
adalah respons yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh stimulus tertentu
yang dapat memperkuat terjadinya respons(reinforcing stimulus). Konsep ini pada
dasarnya sama dengan hukum penguatan dari thorndike.
Berdasarkan
konsep ini maka dikembangkan sistem pengajaran yang dikenal dengan
istilah modifikasi tingkah laku dengan element utama hadiah dan hukuman.
Prosedur yang ditempuh adalah :
a)
Menentukan jenis tingkah laku yang dikehendaki.
b)
Menganalisis komponen tingkah laku yang mendasari tingkah laku yang
dikehendaki.
c)
Mengidentifikasi hadiah (reinforcer) yang sesuai untuk setiap komponen.
d)
Melaksanakan pembentukan tingkah laku sesuai dengan urutan yang telah
ditentukan.
Teori
belajar kognitif atau komprehensif sesungguhnya bertolak belakang dari hasil penelitian
Wofgang Kohler dengan simpasenya. Menurut teori ini manusia pada hakikatnya
adalah organisme yang aktif. Tingkah laku individu merupakan fungsi dari
organisme dan lingkungannya. Kesatuan antara kemampuan organism dan lingkungan
merupakan inti dari teori ini.oleh sebab itu, ciri utama teori ini adalah;
a)
Mengutamakan kemampuan individu.
b)
Mengutamakan keseluruhan dari pada bagian-bagian.
c)
Pentingnya peranan kognisi manusia.
d)
Mementingkan keseimbangan dalam diri individu.
e)
Pentingnya pemahaman dan pemecahan masalah.
Teknologi
pendidikan mengajak guru untuk bersikap problematis terhadap proses
belajar-mengajar dan memandang tiap metode mangajar sebagai hipotesis yang
harus diuji efektivitasnya. Dengan demikian teknologi pendidikan mendorong
profesi keguruan untuk berkembang menjadi suatu”science”.
Teknologi
pendidikan dan pengajaran tidak bisa melepaskan diri dari kaidah dan
hukum-hukum tantang terjadinya perubahan tingkah laku individu. Teknologi
pengajaran diciptakan dan diusahakan berdasarkan teori-teori belajar. Teori
pengajaran berusaha mencari jawaban atas bagaimana membantu siswa agar siswa
berubah tingkah lakunya, sedangkan teori belajar berusaha mencari jawaban atas
mengapa terjadinya perubahan tingakah laku individu.
4.
Landasan Religius
a.
Al-Qur’an
Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hokum dan menjadi pedoman pokok
dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam Al-Qur’an banyak
sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat
pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang keimanan dan
pembelajaran, yaitu
1. Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.
Ayat
ini mengandung perintah membaca, yaitu membaca teks secara verbal dan non
verbal. Juga perintah untuk menulis dengan perantaraan Qalam atau pena. Ini
jelas menunjukkan perintah untuk mengadakan pembelajaran. Karena membaca dan
menulis merupakan wahana pelestari dan pengembang ilmu pengetahuan. Dengan
membaca maka orang bisa mengenal semuanya, termasuk mengenal dirinya sendiri.
Tentu saja membaca disini tidak hanya pada hal-hal yang verbal saja, tetapi
juga yang non verbal, yaitu dunia dan seisinya ini.
Landasan
Al-Qur’an yang kedua adalah Surat An-Nahl ayat 125
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
Ayat
ini berbicara tentang beberapa metode pembelajaran. Disini ada tiga contoh
metode, yaitu hikmah (kebijaksanaan), maui’idhah hasanah (naasihat yang baik),
dan mujadalah (dialog dan debat)
b.
Hadits Nabi atau As-Sunnah
ﺣﺪ ﺛﻧﺎ ﻣﺣﻣﺪ ﺑﻦ ﻳﻮ ﺴﻒ ﻗﺎﻞ : ﺃﺨﺑﺮﻧﺎ ﺴﻔﻳﺎ ﻦ ﻋﻦ ﺍﻷﻋﻤﺶ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻭﺍﺋﻞ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻤﺴﻌﻭﺩ ﻗﺎﻞ ׃
ﻜﺎ ﻦ ﺍﻠﻨﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻴﺗﺨﻭ ﻠﻨﺎ ﺑﺎﻠﻤﻭ ﻋﻆﺔ ﻓﻰ ﺍﻷ ﻴﺎﻢ ﻛﺮﺍ ﻫﺔ ﺍﻠﺴﺎ ﻣﺔ ﻋﻠﻴﻧﺎ ﴿ ﺮﻭﺍﻩﺍﻠﺑﺨﺎﺮﻯ ﴾
Artinya: “Dari Muhammad bin
Yusuf, dari Sufyan, dari A’masy, dari Abi Wa’il, dari Ibnu Mas’ud yang
mengatakan: “Bahwa NAbi SAW selalu mengatur waktu ketika memberi
nasehat-nasehat kepada kita dalam beberapa hari karena khawatir kita menjadi
bosan”. (HR. Bukhari).
Maksudnya,
dalam memberi nasehat-nasehat kepada para sahabatnya, Rasulullah sangat
berhati-hati dan memperhatikan situasi dan keadaan para sahabat. Nasehat itu
diberikan pada waktu-waktu tertentu saja, tidak dilakukan setiap hari agar
tidak membosankan.
Hadits
ini berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran itu harus
menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama
dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.
Langganan:
Postingan (Atom)