Kamis, 03 Januari 2019

4 Landasan Teknologi Pendidikan | Teknologi Pendidikan



“4 Landasan Teknologi Pendidikan”
Dosen : Alfian Erwinsyah M.Pd
Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan



                                       
Logo_IAIN_Sultan_Amai

                                                                                   

OLEH :
ISRAWATI HASAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN AMAI GORONTALO





1.      Landasan filosofis

Dalam bidang pendidikan atau pembelajaran, teknologi juga harus memenuhi ketiga syarat tersebut: proses, produk, dan sistem. Kecuali membuktikan dirinya sebagai suatu bidang kajian atau disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan sebagai disiplin keilmuan tersebut dilandasi oleh serangkaian dalil atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi ontologi, atau rumusan tentang gejala pengamatan yang dibatasi pada suatu pokok telaah khusus yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi, yaitu usaha yang ditentukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral (etika) dan nilai serta keindahan atau estetika.

Konsep model pendidikan teknologis secara filosofis mirip dengan  model pendidikan klasikal, yaitu bertumpu pada asumsi bahwa model pendidikan itu hendaknya merupakan suatu bentuk atau contoh utama dari masyarakat yang lebih luas sebagai hasil karya pendidikan. Dengan demikian maka dalam konteks masyarakat yang lebih luas, titik berat penekanannya ditujukan kepada dimensi-dimensi, kecenderungan-kecenderungan untuk timbulnya masyarakat teknologi.

Pendidikan teknologis memandang dunia sebagai suatu materi yang terikat oleh hokum-hukum sebab akibat. Setiap kemungkinan adanya kekuatan “ spiritual” yang tidak bisa dibuktikan tidak perlu dipertimbangkan, tidak perlu dipikirkan atau dianalisis segala kenyataan itu bersifat kuantitatif, ditentukan oleh lingkungan melalui pengetahuan ilmiah.

Pendidikan adalah modifikasi dari perilaku yang dicapai melalui aplikasi kondisi yang diperkuat,melalui peralatan teknologi. Isi pelajaran dan metodologi pengajaran ditetapkan dengan dukungan teknologi. Secara esensial mesin pengajaran menggantikan peranan guru, dan siswa berperan sebagai trainee yang mempelajari semua data serta ketrampilan yang berguna bagi atau kedudukannya dibidang teknologi dimasa yang akan dating. Bantuan- bantuan teknologis kepada manusia, memungkinkan manusia memahami tumbuhnya masyarakat teknologis yang sangat kompleks. Teknologi dipandang sebagai suatu alat atau sarana yang bebas nilai, bisa dipakai untuk kesejahteraan, atau sebaliknya bisa juga dipergunakan untuk kebinasaan.

Kurikulum teknologis berorientasi ke masa depan, yang memandang teknologi sebagai dunia yang dapat diamati serta diukur secara pasti. Oleh karena itu, dalam pendidikan lebih mengutamakan penampilan perilaku lahiriah atau eksternal, dengan penerapan praktis hasil penemuan-penemuan ilmiah yang secara karakteristik menuju kearah komputerisasi progam pengajaran yang ideal, sesuai dengan prinsip-prinsip cybernetics. Dengan demikian model pendidikan teknologis akan lebih efisien ketimbang model pendidikan guru siswa yang klasikal. Kurikulum model teknologis memandang pendidikan sebagian besar sebagai penyampai informasi ketimbang sebagai pewaris kebudayaan pada masa lampau.

Dalam proses belajar-mengajar, model pendidikan teknologis lebih menitikberatkan kemampuan siswa secara individual di mana materi pelajaran disusun ketingkat kesiapan sehingga siswa mampu mempertunjukkan perilaku tertentu yang diharapkan. Dalam model ini  guru berdiri dibelakang layar sepanjang mesin pengajaran bisa berbuat banyak, efisien, dan akurat dalam menangani pelbagai tugas yang kompleks.

Manfaatnya yang sangat besar dari model kurikulum teknologis ini adalah, materi pelajaran dapat disajikan kepada siswa dalam pelbagai bentuk multimedia. Para siswa menerima pelajaran seperti pada model pendidikan klasikal, tetapi para siswa lebih yakin dalam menangkap pelajarannya karena penyajian pelajaran lebih hidup, lebih realistis, serta lebih impresif.
2.      Landasan sosiologis

Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga pada makhluk hidup lainnya, yaitu hewan. Meskipun demikian, pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari pengelompokan hewan. Kehidupan social manusia tersebut dipelajari oleh, yang berusaha mencari hakikat masyarakat yang sebenarnya. Filsafati social sering membedakan antar manusia sebagai individu dan masyarakat.

Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses interaksi muda mengembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian tentang perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.

Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses social dan pola-pola interaksi social didalam system pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:

a)      Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:

    · Fungsi pendidikan dalam kebudayaan

    · Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan

    · Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan

    · Hubungan pendidikan dengan kelas sosial dan sistem status

    · Fungsionalisasi sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.

b)      Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:

    · Sifat kebudayaan sekolah, khususnya yang berbeda dengan kebudayaan diluar sekolah.

    · Pola interaksi sosial atau stuktur masyarakat sekolah.

c)      Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya yang mempelajari:

    · Peranan sosial guru

    · Sifat kepribadian guru

    · Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa

    · Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak

d)      Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antar sekolah dengan kelompok social lain didalam komunitasnya, yang mempelajari:

    · Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah:

    · Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum tidak terpelajar

    · Hubungan antar sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya.

    · Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sosial.

Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat.



Pesatnya penggunaan teknologi di dalam pendidikain pada tahun 1950-an sesungguhnya merupakan akibat munculnya dua faktor yaitu; timbulnya kepercayaan terhadap ilmu pengetahuaan sebagai cara untuk  memperbiki mutu kehidupan, dan  terjadi ledakan penduduk usia sekolah. Tantangan tersebut segera memperoleh jawaban dari dunia perekonomian dengan menciptakan pelbagai perangkat keras sebagai bantuan teknologis yang dirancang untuk tujuan pengajaran yang lebih efektif serta ekonomis. Dalam proses tersebut peranan komunikasi sangat penting, sebab akibat teknologi pengajaran adalah upaya guru mempengaruhi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare.yang artinya “memberitahukan”, “berpartisipasi”, atau “menjadi milik bersama”. Bila dirumuskan lebih luas, komunikasi mengandung makna menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama antara penyampai pesan sebagai komunikator ddan penerima pesan sebagai komunikan.

Dengan demikian proses belajar-mengajar dilihat dari sudut pandang komunikasi tidak lain adalah proses penyampaian pesan, gagasan, fakta, makna, konsep, dan data yang sengaja dirancang sehingga dapat diterima oleh penerima pesan atau komunikan. Guru sebagai komunikator menyampaikan pelajaran sebagai pesan kepada siswa-siswa sebagai komunikan. Selama komunikasi itu berjalan, terjadilah proses psikologis dimana terjadi kegiatan saling mempengaruhi di antara komunikator dan komunikan, inilah yang lazim disebut interaksi.

Salah satu unsur dalam proses komunikasi yang sangat menonjol perananya bagi teknologi pendidikan adalah media. Teori-teori yang dikembangkan dari berbagai penelitian tentang media komunikasi telah memberi arti tersendiri bagi teknologi pendidikan.

Wilbur schramm menjabarkan pengertian umum komunikasi kedalam tiga kategori pokok dengan beberapa istilah khasnya yaitu:

1)         Encorder , yaitu komunikator, guru yang mempunyai  informasi  tertentu dan benar , mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan optimal , dan sampai kepada penerima informasi yaitu para siswanya.

2)         Sign/signal, yaitu pesan, berita atau pernyataan tertentu yang ditunjukkan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok orang penerima. Pesan itu dapat dilukioskan dalam bentuk gerak  tangan, mimik, kata-kata lisan, atau tulisan, rumusan, gambar, foto, grafik, peta, diagram, dan lain-lain.

3)         Decoder , yaitu komunikan yang dalam konteks pendidikan adalah siswa yang menerima pesan tertentu, mampu memahami isi pesan yang diterimanya.



Ada beberapa prinsip yang memegang peran penting untuk menjadikan proses komunikasi lebih efektif sehingga tujuan komunikasi bisa dicapai, yaitu antara lain:

        · Makna di dalam proses komunikasi, bukan  merupakan suatu rati yang terletak di dalam pesan, melainkan berada di luar pesan itu sebagai suatu yang bersifat eksternal. Makna berada di dalam diri orang atau subjek, merupakan respon yang tampak atau tertutup.

        · Gangguan(noise), didalam komunikasi merupakan  salah satu unsure yang dapat menghambat keefektifan komunikasi. Gangguan di dalam komunikasi tidak hanya merupakan hal-hal yang biasa mengganggu mutu signal saja, tetapi juga meliputi berbagai sumber komunikasi sendiri, dapat juga berasal dari pesan yang disampaikan, atau berasal dari saluran yang dipergunakan, juga bisa berasal dari penerima pesan komunikasi.

        · Peranan empati dalam proses komunikasi. Setiap komunikatir mempunyai gambaran mengenai penerimaan pesan-pesan oleh komunikasi, ia mengantisipasi segala respon yang mungkin dilakukan oleh komunikan. Dalam kegiatan pengajaran, guru mempunyai harapan-harapan mengenai respon siswanya terhadap pesan, informasi atau mata pelajaran yang akan di sajikan.

        · Konsep diri dalam komunikasi. Setiap orang memiliki persepsi mengenai apa yang menarik dan tidak bagi dirinya, kemampuan intelektualnya, kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain. Dan sebagainya.

        · Umpan balik dalam proses kemunikasi. Komunikasi tidak cukup hanya ditandai oleh adanya ketergantungan secara fisik antara sumber dan penerima pesan, tetapi harus ditandai oleh adanya ketergantungan interaktif diantara keduanya.
3.      Landasan psikologis

Tujuaan pendidikan, termasuk pengajaran, pada hakikatnya adalah diperolehnya perubahan tingkah laku individu. Perubahan tersebut merupakan akibat dari perubahan belajar, bukan sebagai akibat kematangan.

Ciri tingkah laku yang diperoleh dari hasil belajar adalah:

       · Terbentuknya tingkah laku baru berupa kemampuan actual dan potensial.

       · Kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama.

       · Kemampuan baru tersebut diperoleh melalui usaha.
Studi yang mempelajari tingkah laku individu ada pada psikologi. Oleh sebab itu, teknologi pengajaran sebagai upaya membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran didasarkan atas psikologi. Diantara cabang-cabang psikologi yang paling erat kaitannya dengan teknologi pengajaran adalah psikologi belajar.

Pada ahir abad ke- 19 ada dua  aliran spikologi belajar yang sangat menonjol, yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehenshif. Ke dua aliran tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bisa dikatakan hamper semua teori pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari ke dua aliran spikologi belajar di atas.

Ada tiga teori belajar aliran behavioristik yang penting yang paling terkenal, yakni:

       · Teori koneksionosme, mengemukakan bahwa proses belajar pada manusia tidak berbeda dengan pada dengan hewan.belajar adalah pembentukan asosiasi atau koneksi antara kesan- kesan panca indra dengan kecerendunga untuk bertindak.

       · Teori kondisioning klasikal, berpendapat bahwa tingkah laku du bentuk melelui peraturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan. proses pembentukan tingkah laku tersebut disebut proses pengondisian. Dalam teori ini tekanan utamanya terdapat pada pengaturan stimulus, sedangkan dalam teori koneksionisme tekanan utamanya ada pada pengaturan respons.

       · Teori kondisioning operan dari skinner sebenarnya merupakan kombinasi dari kedua teori di atas, terutama sekali dari teori Pavlov dan waton. Perbedaanya, skinner membedakan dua macam respons, yakni respondent response (reflekxive) operant response (instrumental response). Respondent response adalah respons yang secara alami timbul karena rangsangan yang sesuai dengan stimulus tersebut (eliciting stimulus), sedangkan operant response adalah respons yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh stimulus tertentu yang dapat memperkuat terjadinya respons(reinforcing stimulus). Konsep ini pada dasarnya sama dengan hukum penguatan dari thorndike.
Berdasarkan konsep ini maka dikembangkan sistem pengajaran yang dikenal  dengan istilah modifikasi tingkah laku dengan element utama hadiah dan hukuman. Prosedur yang ditempuh adalah :

a)         Menentukan jenis tingkah laku yang dikehendaki.

b)         Menganalisis komponen tingkah laku yang mendasari tingkah laku yang dikehendaki.

c)         Mengidentifikasi hadiah (reinforcer) yang sesuai untuk setiap komponen.

d)         Melaksanakan pembentukan tingkah laku sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.

Teori belajar kognitif atau komprehensif sesungguhnya bertolak belakang dari hasil penelitian Wofgang Kohler dengan simpasenya. Menurut teori ini manusia pada hakikatnya adalah organisme yang aktif. Tingkah laku individu merupakan fungsi dari organisme dan lingkungannya. Kesatuan antara kemampuan organism dan lingkungan merupakan inti dari teori ini.oleh sebab itu, ciri utama teori ini adalah;

a)      Mengutamakan kemampuan individu.

b)      Mengutamakan keseluruhan dari pada bagian-bagian.

c)      Pentingnya peranan kognisi manusia.

d)      Mementingkan keseimbangan dalam diri individu.

e)      Pentingnya pemahaman dan pemecahan masalah.

Teknologi pendidikan mengajak guru untuk bersikap problematis terhadap proses belajar-mengajar dan memandang tiap metode mangajar sebagai hipotesis yang harus diuji efektivitasnya. Dengan demikian teknologi pendidikan mendorong profesi keguruan untuk berkembang menjadi suatu”science”.

Teknologi pendidikan dan pengajaran tidak bisa melepaskan diri dari kaidah dan hukum-hukum tantang terjadinya perubahan tingkah laku individu. Teknologi pengajaran diciptakan dan diusahakan berdasarkan teori-teori belajar. Teori pengajaran berusaha mencari jawaban atas bagaimana membantu siswa agar siswa berubah tingkah lakunya, sedangkan teori belajar berusaha mencari jawaban atas mengapa terjadinya perubahan tingakah laku individu.
4.      Landasan Religius

a.      Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hokum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang keimanan dan pembelajaran, yaitu



1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat ini mengandung perintah membaca, yaitu membaca teks secara verbal dan non verbal. Juga perintah untuk menulis dengan perantaraan Qalam atau pena. Ini jelas menunjukkan perintah untuk mengadakan pembelajaran. Karena membaca dan menulis merupakan wahana pelestari dan pengembang ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka orang bisa mengenal semuanya, termasuk mengenal dirinya sendiri. Tentu saja membaca disini tidak hanya pada hal-hal yang verbal saja, tetapi juga yang non verbal, yaitu dunia dan seisinya ini.

Landasan Al-Qur’an yang kedua adalah Surat An-Nahl ayat 125



“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.



Ayat ini berbicara tentang beberapa metode pembelajaran. Disini ada tiga contoh metode, yaitu hikmah (kebijaksanaan), maui’idhah hasanah (naasihat yang baik), dan mujadalah (dialog dan debat)



b.      Hadits Nabi atau As-Sunnah

ﺣﺪ ﺛﻧﺎ ﻣﺣﻣﺪ ﺑﻦ ﻳﻮ ﺴﻒ ﻗﺎﻞ : ﺃﺨﺑﺮﻧﺎ ﺴﻔﻳﺎ ﻋﻦ ﺍﻷﻋﻤﺶ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻭﺍﺋﻞ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻤﺴﻌﻭﺩ ﻗﺎﻞ ׃ ﻜﺎ ﺍﻠﻨﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻴﺗﺨﻭ ﻠﻨﺎ ﺑﺎﻠﻤﻭ ﻋﻆﺔ ﻓﻰ ﺍﻷ ﻴﺎﻢ ﻛﺮﺍ ﻫﺔ ﺍﻠﺴﺎ ﻣﺔ ﻋﻠﻴﻧﺎ ﴿ ﺮﻭﺍﻩﺍﻠﺑﺨﺎﺮﻯ

Artinya: “Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari A’masy, dari Abi Wa’il, dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan: “Bahwa NAbi SAW selalu mengatur waktu ketika memberi nasehat-nasehat kepada kita dalam beberapa hari karena khawatir kita menjadi bosan”. (HR. Bukhari).



Maksudnya, dalam memberi nasehat-nasehat kepada para sahabatnya, Rasulullah sangat berhati-hati dan memperhatikan situasi dan keadaan para sahabat. Nasehat itu diberikan pada waktu-waktu tertentu saja, tidak dilakukan setiap hari agar tidak membosankan.

Hadits ini berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran itu harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.